Hindari Perpecahan, Harap Mengendalikan Diri dan Perbanyak Dzikir

SYAMSUL A. HASAN Sabtu, 11 Agustus 2018 07:58 WIB
1556x ditampilkan Berita

Dalam situasi yang kian memanas memasuki tahun politik ini, kita diharapkan untuk sanggup mengendalikan diri, lebih mendekatkan diri dan berdzikir kepada Allah. Kita diharapkan untuk berdoa agar bangsa Indonesia diselamatkan dari fitnah dan perpecahan. Kita hendaknya juga selalu berdoa agar mendapat pemimpin yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa, memikirkan dan menguntungkan umat Islam dan NU.

 

Karena itu, KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafi’iyah Syafi’iyah Sukorejo sejak awal Agustus yang lalu menginstruksikan kepada semua santrinya, agar membaca Surat Al-Mulk secara berjamaah setelah Shalat Magrib. Kepada alumni Sukorejo, Pengurus Pusat Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafi’iyah (Iksass) juga mengeluarkan himbauan senada. PP Iksass memerintahkan kepada semua Pengurus Rayon Iksass, Pengurus Sub Rayon Iksass,  Pengurus Komisariat Iksass, dan semua pengurus organisasi berbasis alumni agar membaca Surat Al-Mulk sekali dalam sehari sampai dengan selesainya Pemilu 2019.

 

KH. Afifuddin Muhajir, wakil pengasuh bidang ilmiah, menghimbau agar kita mampu mengendalikan diri dan menjaga kesantunan. “Islam melarang keras umatnya mengejek siapa pun. Kalau mengeritik, boleh asal bijak, sopan, dan santun,” tuturnya.

 

Kalau kita membaca beberapa status di media sosial, banyak yang tidak memegang dan menjunjung akhlakul karimah. Karena itu, kepada para santri dan alumni Salafiyah Syafi’iyah perlu direnungkan kembali beberapa nasihat dari Kiai Azaim beberapa bulan yang lalu tentang etika di dunia maya.

 

Kita seharusnya menjunjung tinggi akhlakul karimah tak sekadar dalam kehidupan nyata namun juga di dalam berinteraksi di dunia maya. Dalam dunia maya, seumpama media sosial, kita harus tetap menjunjung tinggi etika. Kita jangan menyakiti, mencaci maki, dan melupakan identitas kesantrian kita. Kita harus menyeleksi setiap informasi yang kita peroleh, hati-hati dan kerap melakukan klarifikasi, jangan langsung menerima apa adanya apalagi langsung ikut menebarkan informasi tersebut.

 

Dalam menulis status atau mengomentari orang lain kita harus tetap menjunjung tinggi sopan santun. Jangan menghina orang lain atau mencaci maki. Apalagi orang itu tergolong alim dan cukup sepuh; kita harus menghormati orang tua. Boleh jadi orang tersebut, ucapan atau sikapnya khilaf atau pemberitaan yang kurang utuh. “Kita harus mendoakan beliau, jangan ikut mencaci,” ucapnya.

 

Kita tidak boleh ikut nyinyir atau mengolok-olok orang lain. Kalau ada orang lain yang tidak sevisi dengan pesantren kita, kita harus klarifikasi dulu kepada pengurus pesantren; tentang langkah-langkah kita. Bukan langsung menyerang mereka.

 

Dengan demikian, berakhlak mulia juga harus diterapkan di dunia maya. Jangan sampai nanti puasa kita menjadi sia-sia, karena perbuatan fitnah, caci maki, dan sikap nyinyir kita. “Ambil yang jernih, buang yang kotor,” pesan Kiai Azaim.