Klarifikasi Pesantren Sukorejo tentang 541 Ulama Wafat Selama Pandemi

SYAMSUL A. HASAN Selasa, 6 Juli 2021 23:58 WIB
3759x ditampilkan Berita

Beberapa hari ini beredar pemberitaan tentang wafatnya 541 ulama yang dihimpun Panser NU (meliputi Rabithah Ma'ahid Islamiyah RMI, Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama, Gerakan Ayo Mondok, dan Gusdurian). Mereka wafat sepanjang pandemi mulai Maret 2020 sampai akhr Juni 2021, mayoritas terpapar COVID-19 dan yang lainnya wafat mengalami sakit namun tidak sempat mendapatkan perawatan medis secara maksimal karena rumah sakit kewalahan menangani pasien COVID-19.

 

Dari pemberitaan tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu diklarifikasi; terutama yang menyangkut Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Dr. Khairul Anwar, MHI, Sekretaris Pesantren menjelaskan sebagai berikut:

 

Pertama, kami  keberatan dengan daftar nama yang disebutkan dalam rilis tersebut, yakni pada nomor urut 513-523 dengan disebutkan nama orang yang wafat, kemudian disandingkan dengan keterangan Pesantren Sukorejo, Situbondo. Hal ini dikarenakan tidak semua yang wafat itu berdomisili di Sukorejo . Sukorejo adalah sebuah dusun kecil, tempat domisili Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo berada. Bahkan, tempat tinggal mereka yang wafat, juga bukan hanya berasal dari Desa Sumberejo ataupun Kecamatan Banyuputih.. Ada di antara mereka yang berasal dari Kecamatan Asembagus, Kecamatan Kapongan, dan Kecamatan Jangkar. Mereka adalah bagian dari warga masyarakat yang sudah berkiprah di tengah masyarakat di daerahnya masing-masing

 

Kedua, Demikian halnya dilihat dari latar belakang profesi dan keterkaitan dengan Pesantren Sukorejo, sangat tidak tepat jika dinisbatkan pada Pesantren Sukorejo. Latar belakang profesi mereka sangat beragam. Ada pengasuh pesantren di daerahnya, ada tokoh agama, ada ASN, dan ada wiraswasta. Jadi keseharian mereka tidak semuanya beraktivitas di Pesantren Sukorejo, karena tidak seluruhnya guru, dan juga tidak semuanya pengurus pesantren.

 

Ketiga, untuk penanganan kesehatan santri dan upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, kami sangat serius melakukannya sejak tahun 2020. Kami mendapatkan support dari banyak pihak, baik RMI NU, Satgas Covid-19 NU, pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi. Termasuk ikhtiar batin dan riyadlah pembacaan hizib, wirid dan shalawat. Beragam upaya kami lakukan, Alhamdulillah berbuah positif. Atas izin Allah, pada santri dalam kondisi baik, mereka senang dan menikmati aktivitas harian di dalam pondok pesantren.

 

Keempat, setiap saat kami melakukan kajian dan analisa terhadap tren fluktuasi jumlah masyarakat di Kabupaten Situbondo yang terpapar Covid-19. Sebelum terjadinya lonjakan jumlah yang terkonfirmasi positif pada pekan ketiga bulan Juni 2021 di Kabupaten Situbondo, kami sudah melakukan upaya preventif-protektif terhadap santri di Pesantren Sukorejo. Sejak tanggal 9 Juni 2021, kami sudah menerapkan muhasabah. Pada masa muhasabah ini, pengurus pesantren, guru, dan dosen serta tenaga penunjang layanan sudah tidak boleh masuk dan beraktivitas di pesantren. Seluruhnya melakukan pekerjaan dari rumah. Santri seluruhnya ada di dalam kompleks pesantren, steril dari masyarakat luar. Baru dua hari ini, ketika grafik confirm positif sudah menurun, kami melakukan inventarisasi tenaga inti pesantren untuk diperbolehkan secara terbatas masuk ke kompleks pesantren dengan prosedur kesehatan yang ketat dan dilakukan pemeriksaan rapid tes antigten.

 

Kelima, mohon dukungan atas berbagai upaya yang sudah dan sedang kami lakukan semoga Allah senantiasa meridlai-Nya.